Senin, 01 Agustus 2016

Sebuah Curahan Hati Wanita Berhijab: Kami Bukan Paling Baik, Tapi kami Berproses Menjadi Lebih Baik


Hijab. Begitu aku mengenalmu, ada perasaan yang tertanam di dalam hati bahwa aku ingin terus bersanding denganmu hingga nafas terakhirku. Menggunakan hijab merupakan cerminan kecintaaanku terhadap Allah. Meski kadang cobaan menerpaku karena begitu menggunakan hijab di berbagai kesempatan, tak jarang aku harus menerima komentar miring karena pandangan orang yang selalu menganggapku sempurna. Tapi, percayalah, semua itu semakin meneguhkanku bahwa dengan hijab aku berusaha menjadi pribadi lebih baik.

Sebenarnya fashionable bukanlah tuntutan kami, justru penampilan sederhana adalah prinsip kami.


Berhjab bukan perkara sekedar mengikuti tren fashion. Bagi kami berhijab adalah perintah agama yang harus dijalankan oleh setiap wanita muslim. Bahkan berhijab membuat kami tidak kehilangan akal untuk berkreasi.
Banyaknya tren fashion berhijab saat ini meninggalkan nilai-nilai murni dari hijab sendiri sangat miris. Hijab yang seharusnya berfungsi sebagai benteng kita, justru hanya dijadikan hanya sekedar 'mengekor' orang lain yang berhijab. Berhijab membuat kami berpenampilan sederhana, penampilan yang tak hanya indah di mata manusia namun juga di hadapan Allah. Hijab bagaikan sebuah perisai indah yang akan terus melindungi kami.
Adakalanya profesi tertentu tidak mendukung kami berhijab, tapi kami yakin hijab inilah yang akan membimbing kami mendapatkan pekerjaan yang layak.

Jika berbicara tentang kemerdekaan hak asasi wanita, maka kami tak pernah mendapatkannya. Ada profesi tertentu yang terkadang melarang kami untuk berhijab. Lalu apa alasannya? Bukankah kami juga layak untuk membuktikan, kami juga memilki skill yang potensial.
Kami tetap membuktikan, bahwa dengan berhijab, kualitas kami tak kalah bersaing dengan yang lain. Dengan berhijab, pekerjaan kami justru menjadi tantangan tersendiri. Dimana kami selalu berusaha mencerminkan pada orang lain, bahwa hijab yang kami juga juga turut menunjang kesuksesan kami.
Kami bukan seseorang yang merasa sempurna tentang agama, tapi kami juga berproses untuk menyempurnakan perintah Allah.



Bahkan tak jarang tudingan orang terus menghakimi kami sebagi makhluk yang sempurna. Sering pertanyaan yang bahkan aku sendiri tak paham sering kami terima. Tapi apakah kalian mengerti bahwa kami juga perempuan biasa yang tak luput juga dari salah.
Ada yang berkomentar, "perempuan yang mengenakan hijab belum tentu lebih baik dari yang tidak mengenakannya". Well, itu tergantung pribadi masing-masing dalam menilai. Bagi kami, hijab merupakan awal untuk berproses lebih baik. Justru, hijab inilah yang membimbing kami agar selalu berhati-hati dalam segala aspek.

Hijab bukan hanya memberi banyak pembelajaran dari segi agama, tetapi secara keseluruhan, baik hal kecil maupun besar. Mulai dari berpikir sebelum berkata dan melakukan berbagai hal hingga hal yang paling besar, yakni kelak menjadi contoh bagi orang lain bahkan memberi teladan yang baik kepada anak-anak kita di masa depannya.
Sering kali kami di pandang sebagai sosok yang lembut. Tapi, kami hanya manusia biasa yang juga memiliki amarah.

Pahamilah bahwa kami juga memilki amarah. Amarah yang naluriah dimiliki oleh siapapun. Bukan berarti kami tak ingin dipandang lembut, namun kami adakalanya memiliki emosi yang kadang tak ingin kami lakukan.

Tak ada manusia yang sempurna, kami sebagai wanita berhijab juga memiliki kekurangan yang terkadang situasi membuat kami tak bisa untuk bersikap lembut dan menahan emosi. Namun, satu hal terpenting, sebuah proses tak selalu berjalan dalam waktu yang singkat, tetapi kami selalu berusaha agar selalu 'istiqomah' dengan hijab yang kami gunakan.
Salam hangat kawan,

dari Sahabatmu yang berhijab.





sumber : http://www.idntimes.com/ucila/sebuah-curahan-hati-wanita-berhijab-kami-bukan-paling-baik-tapi-kami-berproses-menjadi-lebih-baik?utm_source=facebooksprout&utm_medium=facebooksprout&utm_campaign=facebooksprout

Jumat, 22 Juli 2016

Semoga Aku Adalah Apa Yang Membuatmu Tak Ingin Mencari Yang Lain

Setiap jalan pasti akan menemukan ujung dan setiap pencarian pasti akan menemukan sesuatu yang di cari. Yakinlah setiap penantian akan berakhir dengan manis, setiap usaha kana menemukan hasil, dan saat doa-doa yang dipanjatkan akan berbuah manis. Jangan pernah mencaci air mata yang menetes dan jangan pernah menyesali takdir yang sudah kau alami.  Jadikan itu sebagai bukti pada Ilahi kalau kau pantas untun mendapatkan sesuatu yang kau perjuangkan.


Semoga Aku Adalah Apa Yang Membuatmu Tak Ingin Mencari Yang Lain Lagi. menjadi akhir dari sebuah penantian, menjadi jawaban atas doa-doa dalam sujud, dan mejadi awal sebuah kisah cinta maha romatis yang tidak akan pernah berakhir sampai surga-Nya.

Ku mohon jangan berharap kesempurnaan dalam diri ku. seperti bidadari dari syurga yang memiliki segalanya dan digambarkan dalam kisah-kisah klasik tempo dulu. Aku hanya seorang wanita biasa, yang natinya akan menua seperti ibumu, yang kadang cengeng seperti adik perempuan mu, dan tetunya memiliki kasih sayang seperti nenek yang kau cintai.

Izinkan wanita yang belum sempurna ini menyempurnakan agamnya bersama mu. mendapatkan bimbingan dengan hadirnya seorang imam dalam hidup. Dan ajarkan segala sesuatu tentang dirimu, agar aku bisa mencintaimu dengan sempurna. Seperti seorang ibu yang kau kenal sejak lahir dan mempercayakannya pada ku sekarang. Dan izinkan, wanita yang baru kau kenal ini belajar mencintaimu dan mengharapkan surga bersamamu.

Semoga kau tidak akan pernah mencari yang lain lagi. semoga aku menjadi cinta pertama dan terakhir dalam hidup mu. dan semoga kebersamaan kita akan membuka jalan keridhoan Allah.


Andai suatu saat nanti kau menanyakan seberapa besar cintaku padamu?. Tidak akan pernah ku jawab, karena keindahan surga yang sebenarnya tidak akan pernah tergambarkan. Dan itu aku rasakan ketika berada di sampingmu. 
Wahai (calon) Suami Ku...




sumber : http://www.jomloo.com/2016/01/semoga-aku-adalah-apa-yang-membuatmu.html

Selasa, 12 Juli 2016

Pertanyaan yang Sering Muncul Waktu Kumpul Keluarga dan Cara Menjawabnya





Semua orang berhak mendapat informasi. Masalahnya, kadang beberapa orang ngerasa berhak atas informasi yang sifatnya pribadi, bukan informasi untuk publik. Ini bisa kamu alami sendiri di acara kumpul-kumpul. Entah itu kumpul keluarga, kumpul tetangga, atau kumpul sama teman playgroup dulu.
 
Berhubung Lebaran sudah semakin dekat, Nyunyu mau bantuin kamu nyiapin mental menghadapi pertanyaan-pertanyaan semacam ini dari anggota keluarga atau kerabat, sekaligus cara menjawabnya secara diplomatis. 

 
Kapan lulus?”

Pertanyaan ini tentunya bakal ditanyain ke kamu-kamu yang lagi belajar di bangku kuliah. Masalahnya yang nanya kadang suka lupa nanya kamu udah semester berapa. 
Masih lama lulusnya, Tante.”
Kenapa? Banyak yang ngulang ya? Makanya belajar.”
Ya kan baru semester 3, Tante...” -_-
Ingetin lagi, kamu di semester berapa. Kalau ternyata emang udah semester akhir, biar nggak ditanya lagi, bilang aja lagi nyari judul skripsi. Sekalian tanyain, siapa tahu si Tante bisa ngasih judul skripsi buat kamu.


Apalagi kalau yang nanya kayak gini...
 

Ini pertanyaan jebakan sekaligus rancu. Pertama, skripsi kamu kan di situ-situ aja, nggak jalan kemana-mana. Kedua, ya intinya mereka cuma pengen tahu kapan kamu bakal lulus dan wisuda. Biar nggak ribet, bilang kalau skripsi kamu udah di bab 2. Biar keliatan ada kemajuan, soalnya kalo bab 1 kan gitu doang. (((Gitu doang))) Tapi jangan sebutin jumlah bab yang kamu kerjain, misalnya. Udah di bab 2 dari 7 bab. Jangan. Terus langsung minta doain.
Udah bab 2.”
Emang skripsinya berapa ba–”
Doain biar lancar ya, Tante.” Langsung kabur ambil opor ayam.

 
Udah kerja? Kenapa belum?”

Yang ini nyebelin. Mahasiswa yang baru lulus pasti ngalamin yang namanya nganggur. Biar udah nyebar CV ke sana-sini, tapi belum ada yang nyantol. Eh pake ditanya kenapa belum kerja. Untuk itu kamu harus menjawabnya dengan bijak dan diplomatis. Misalnya, “Saya udah berusaha sebaik-baiknya, tapi rejeki kan di tangan Tuhan. Ini bagian dari proses, om, tante, dan saudara-saudara sekalian. Lagian di rumah saya juga tetep banyak belajar dan latihan fisik untuk memanfaatkan waktu luang (baca: main video game).” :)


Udah punya pacar belum?”

Kamu bisa jawab dengan jujur pertanyaan ini. Kecuali kalo emang di keluarga besar kamu dilarang pacaran, ya mendingan nggak usah bilang sih. Haha. Tapi biasanya pertanyaan ini kayak soal ulangan, bakal merembet ke pertanyaan lainnya. Kayak...
 

Kenapa belum punya pacar?”


 

Kalau kamu jawab belum, pasti pertanyaan selanjutnya kayak gini. Dan yang nanya nggak akan berhenti dan puas dengan jawaban, “Yaaa... Belum punya aja.” Mereka pasti nanya lagi. “Bohong ah. Udah punya kali tapi backstreet? Nggak apa-apa, bilang aja. Masa sih nggak ada yang naksir? Kamunya jual mahal kali.” Nah, biar nggak ribet bilang aja kamu baru putus dengan pacar kamu sebelumnya. Tentunya mereka bakal ngerti kalau kamu nggak punya pacar saat ini karena masih patah hati. Huehehe. 

 
Kok nggak diajak ke sini?”

Yang bilang udah punya pacar, bakalan ditanya kayak gini selanjutnya. Intinya mereka sih pengen liat penampakan pacar kamu itu kayak gimana. Kalau kebetulan si pacar emang nggak bisa datang dan kerabat kamu masih aja nanyain, bilang aja rumahnya di Tangerang, Bekasi, atau Bogor. Mereka pasti maklum. Apalagi kalau rumah kumpul keluarganya di Jakarta Utara.

 
Kapan nikah?”

Yang ini bakal ditanyain ke kamu-kamu yang udah 20 tahun ke atas, apalagi kalau udah lulus kuliah, dan udah punya pacar. Hemmm, siap-siap deh. Malesnya lagi kalau ternyata emang belum siap dan belum ada rencana nikah. Nah, jawab aja pertanyaan ini dengan pertanyaan lagi. Tapi, kamu harus riset kecil-kecilan dulu nih. Terus bilang, “Tahukah om dan tante, berapa biaya yang dibutuhkan untuk nikah pada saat ini? Gaji saya aja sekian, terus yang bisa ditabung itu sekian. Jadi, saya butuh waktu sekitar sekian tahun untuk nabung. Atau, om dan tante udah siap nyumbang untuk bantuin saya, mungkin?” Gitu. Pasti nggak ditanyain lagi deh, yang ada pada sibuk ngitung.