Rabu, 04 September 2013

Senyuman Dibelakang Panggung


Tulisan kali ini masih sama formatnya seperti tulisan-tulisan sebelumnya yaituuuu...........COPAST hehehehe.
Selama copast masih nyantumin sumber, gak masalah dong? :D
Tapi kalo kamu gak mau baca ya saya juga ndak maksa.

Ini cuma lagi iseng aja buat nge-rame-in blog, abis bosen kali yaaa kalo isi postingannya tentang kampus/komputer/ilmu pegetahuan mulu.

Katanya gak mau baca? Kok masih diterusin???
Yaudah kalo memang mau nge-baca, monggoooo....

Anyway, kenapa saya re-post blog ini??
>>>karena ini "gue" banget, yang udah diwakilkan sama orang lain. hehehehe tapi inget ya, re-post ini saya ubah 'sedikit' dari cerita aslinya.

selamat membaca!

Aku kira, aku sudah berhasil melupakan segala macam tentangmu. Kupikir aku siap membuka hatiku untuk seseorang yang baru. Aku yakin bahwa aku siap membuka mata dan hatiku pada orang baru yang akan membahagiakanku. Usahaku begitu keras untuk mematikan perasaan ini. Segalanya memang tak mudah karena perjuangan yang kulakukan terus berlanjut. Tak mudah mematikan perasaan pada seseorang yang bisa kita temui setiap hari. Kamu sudah jadi bagian dari hari-hariku, hampir setiap hari aku melihatmu. Perubahan yang begitu berbeda membuatku sulit menerima bahwa kita tak lagi sama. Aku melihatmu setiap hari dan untuk menganggap bahwa kita tak pernah punya perasaan yang spesial sungguh bukanlah hal yang mudah.

Apa saja yang kita lakukan selama rentetan bulan kebersamaan kita. Aku juga tak tahu apakah aku dan kamu bisa disebut punya hubungan atau tidak, karena semua berjalan dalam ketidakjelasan. Penyatuan kita juga tak menemukan titik temu. Mungkinkah dulu hanya aku yang berjuang sendirian? Mungkinkah dulu hanya aku yang inginkan kejelasan?

Kamu berbeda dari yang lainnya. Kamu sederhana, apa adanya, misterius, dan begitu sulit untuk ditebak. Wajahmu bukan pahatan seniman kelas dunia ataupun bikin pabrik yang jelas-jelas sempurna. Aku tak memikirkan bagaimana penampilanmu dan bagaimana caramu menata rambutmu. Aku mencintaimu karena begitulah kamu. Kamu yang sulit kutebak tapi begitu manis dalam beberapa peristiwa. Kamu yang menggemaskan dalam keadaan yang bahkan sulit kujelaskan. Aku sangat mencintaimu dan sekarang pun masih begitu. Sadarkah kamu?

Hari-hari kulewati dengan banyak pertanyaan. Apakah perasaanmu sedalam yang kuharapkan? Aku sedikit menangkap isyarat itu. Kamu mengajakku bicara dalam percakapan manis kita di pesan singkat. Kamu menghangatkanku di tengah dinginnya malam dengan candaan kecilmu. Bagaimana mungkin aku bisa begitu mudah melupakan hal-hal spesial yang sempat kulewati bersamamu?

Kamu bisa dengan mudah melupakan segalanya. Kebersamaanmu dengannya sudah cukup menjawab semuanya. Aku bukanlah sosok yang kauinginkan. Aku bukan sosok yang kauharapkan. Menyakitkan bukan jika keberadaanku tak pernah kauanggap meskipun aku selalu hadir dalam tatapanmu? Aku berusaha semampuku untuk membahagiakanmu, namun nampaknya usahaku tak begitu terlihat di matamu.

Kamu bisa dengan mudah melupakan segalanya. Kebersamaanmu dengannya sudah cukup menjawab semuanya. Aku bukanlah sosok yang kauinginkan. Aku bukan sosok yang kauharapkan. Menyakitkan bukan jika keberadaanku tak pernah kauanggap meskipun aku selalu hadir dalam tatapanmu? Aku berusaha semampuku untuk membahagiakanmu, namun nampaknya usahaku tak begitu terlihat di matamu.



 diadaptasi dari blog : http://dwitasarii.blogspot.com/2013/05/senyuman-di-belakang-panggung.html

Tidak ada komentar:

Posting Komentar